Kamis, 21 April 2011

Sapu Tangan Itu (Bagian 1)


5 tahun yang lalu di sebuah loby di kantorku aku berkenalan dengannya. Sebut saja namanya Tamara. Dikenalkan oleh seorang sahabat. Hanya sebatas berjabat tangan dan tak banyak bicara. Lubuk hatiku mengatakan kalau dia sangat mempesona. Perkenalan berlalu begitu saja tanpa ada komunikasi lagi. 6 bulan berlalu, tanpa terduga Tamara bertandang ke kantor dgn niat menemuiku. Hampir saja tdk bertemu, saya lagi sholat dibelakang kantor soalnya. Entah kenapa tiba2 habis sholat saya langsung beranjak balik ke kantor, biasanya saya menyempatkan diri tiduran di Mesjid melepas lelah. Kala itu cukup menggelikan karena dia hanya mengenal nama panggilanku saja “Budi”. Kebetulan di kantor ada 2 org yg bernama Budi. Security pun sempat kebingungan. Untungnya tak berapa lama saya tiba di loby. Dengan wajah sedikit heran akupun menghampirinya. Kamipun saling senyum sambil bertatapan penuh rasa heran. Mungkin karena lama baru bertemu kembali. Kedatangannya ternyata ingin menanyakan lowongan pekerjaan buat sahabatnya. Kamipun saling bertukaran no telpon. Akhirnya kami pun intens keep contact. Suatu hari sayapun bertemu dengannya disebuah restoran Pizza. Kami bercengkrama cukup dalam, mendengarkan keluh kesah yg selama ini dia pendam dalam hati. Airmatapun tak terasa menetes dipipinya yang putih bersih. Saya pun memberanikan diri mengulurkan sapu tangan untuk membasuh airmatanya. Tak terasa hampir 2 jam kami bersama hingga tiba akhirnya kami harus berpisah. Saya dan dia saling berebutan untuk membayar makanan yang kami makan berdua. Lucu juga.. hehehe..
30 menit setelah berpisah tiba2 HP saya berbunyi. Ada SMS masuk ternyata. Ternyata SMS dari Tamara. Entah kenapa hati ini rasanya bahagia, padahal SMS darinya belum sempat terbaca. Ternyata dia mengucapkan terima kasih atas pertemuan tadi. Hati ini semakin bahagia saja. Akhirnya saya sadar kalau saya telah jatuh hati padanya. Dia begitu cantik, begitu lembut. Saya gak ingin berlama-lama memendam perasaan ini. Saya yakin dalam hati kalau saya telah menemukan soulmateku. Kuungkapkan perasaanku padanya via SMS. Saat itu blm ada yg namanya Blackberry. Jawabannya samar2 dan membuatku semakin penasaran. Akhirnya sayapun memberanikan diri untuk menelponnya. Berbincang cukup lama. Lagi2 hati ini semakin bahagia. Saya yakin dalam hati kalau bisa mendapatkan hatinya. Haripun berganti. Keesokan harinya saya menerima SMS dari dia menanyakan saya lagi dimana. Saya menjawab kalau lagi di rooftop sebuah mall yg ternyata tidak begitu jauh dari posisi dia berada saat itu. Dia pun menyusulku dengan mobilnya. Setibanya dia saya pun masuk ke mobilnya. Mataku sampai tak berkedip melihatnya yang berbaju merah. Pesonanya semakin terpancar saja karena kulitnya yang putih bersih serasi dengan busananya. Sayapun menanyakan untuk kesekian kalinya jawaban dia atas ungkapan perasaanku. Dia pun tersenyum dan tangannya yang lembut tiba-tiba menyentuh pipiku. OMG, jantungku berdegub kencang. Saya pun yakin pintu hatinya sudah terbuka untukku… (bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar